Lebih Dahsyat dari "Gurita Cikeas"
Judul di atas merupakan ungkapan kekaguman pakar komunikasi Effendi Ghazali dalam peluncuran dan diskusi buku Pak Beye dan Istananya di Toko Buku Gramedia, Grand Indonesia, Rabu (4/8/2010). Buku ini karya Wisnu Nugroho, wartawan Kompas yang bertugas di Istana Kepresidenan selama 2004-2009.
"Semuanya berawal dari keresahan yang selalu saya rasakan," tuturnya memulai diskusi. Satu demi satu keresahan wartawan yang akrab dipanggil Inu ini dituangkan dalam tulisan di Facebook. Kemudian di-posting juga di jejaring blog Kompasiana.
Inti cerita dalam buku ini adalah sisi lain kehidupan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomor satu di Indonesia. Dalam semua tulisannya, Inu menyebut SBY sebagai Pak Beye. Sebutan ini tidak umum, tetapi sebenarnya keluar dari mulut Pak Mayar.
Pak Mayar, menurut Inu, adalah ikon hidup kerakyatan bagi kampanye SBY. Bapak tua ini peladang penggarap miskin di Cikeas Udik yang ditemui SBY saat berkampanye untuk memenangkan pemilihan presiden tahun 2004.
Banyak kisah di balik layar yang diungkap Inu ke publik. Misalnya, suatu siang, pertengahan Maret 2006, seusai menerima puluhan murid dan beberapa guru Sekolah Dasar Al-Azhar I Jakarta di ruang kerjanya, Pak Beye mengajak tiga wartawan ke ruang makan kecilnya.
"Sudah makan siang belum? Mau lihat makan siang Presiden?" tanya Pak Beye. Ternyata menu makan Presiden juga cukup sederhana, nasi dan soto ayam plus telur rebus terbelah, telur dadar, dan perkedel kentang.
Kisah lainnya mungkin tak Anda duga bahwa door stop di Kantor Presiden hanyalah rekayasa. Pertanyaan dari wartawan dan jawaban Presiden juga sudah disiapkan oleh staf-stafnya. Ada pula kisah jeli Inu mengamati mobil sedan Bentley yang biasa dipakai Ibu Ani Yudhoyono untuk promo Indonesia Pintar ke seluruh Indonesia.
Atau cerita ukuran kasur Pak Beye yang harus digotong karena pindah rumah. Cukup menarik juga kisah tentang tidak percaya dirinya Pak Beye suatu kali di mimbar. Macam ragam cerita di Istana yang, menurut Inu, publik berhak tahu.
Sisi lain tentang Presiden SBY ini dirangkum menjadi tetralogi. Pak Beye dan Istananya merupakan buku pertama. Tiga buku lainnya yang juga akan diterbitkan Penerbit Buku Kompas adalah Pak Beye dan Politiknya, Pak Beye dan Keluarganya, serta Pak Beye dan Kerabatnya. Menanggapi bukunya sendiri, Inu berujar, "Buku ini mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting."
sumber : http://nasional.kompas.com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
0 komentar:
Post a Comment